Maret 12, 2013

Aku Termenung Dibawah Mentari

Aku termenung dibawah mentari
Diantara megahnya alam ini
Menikmati indahnya kasihmu
Kurasakan damainya hatiku
ini adalah hari pertamaku bekerja di Bank Muamalat. Tidak tahu harus berkata apa. Senang dan sedih bercampur jadi satu. Keputusanku untuk meninggalkan dunia pendidikan sudah bulat. Berat sekali rasanya meniggalkan murid-murid kesayanganku. Guntur yang gemuk dan manja. Zahra yang rewel. Dan celotehan polos Syamil sangat kurindukan.
Dahulu, selagi masih berada di bangku kuliah. Aku selalu bermimpi untuk bisa bergabung dengan Bank Muamalat. Bank yang ku tau sebagai bank pertama yang murni syariah. Ingin mengerti dan penasaran adalah dua kata kunci yang saat itu belum terjawab dalam benaku tentang bank ini. Karena, saat di SMK dulu, aku biasa menabung ke bank Muamalat. Bukan tabunganku sendiri. Tapi tabungan tetanggaku yang sudah bekerja. Dia biasanya setiap bulan menyuruhku untuk menabung sejumlah uang sisa hasil gajiannya ke bank Muamalat kemang pratama.
Impianku selama ini adalah bekerja di bAnk muamalat. Kini aku memasuki hutan rimba yang sama sekali baru dan asing untuk anak sepertiku. Ya, aku merasa masih anak-anak. Umurku sudah menginjak 24. Segala puji pada Allah Rabb Semesta Alam. Yang telah melimpahkan karunianya padaku.
Kini kubergabung dengan orang-orang besar. Orang yang dikatakan oleh orang lain sebagai komisaris. Orang yang dikatakan oleh orang lain sebagai direktur utama. Dan para petinggi lainnya di mata manusia. Aku berinteraksi dengan mereka. Mencoba menyelami jalan pikiran orang-orang besar itu.
Aku berusaha mendengar apa yang biasa mereka dengar. Berbicara apa yang mereka biasa biacarakan. Dan membaca apa yang mereka biasa baca. Intinya aku mencoba berpikir seperti apa yang mereka pikirkan. Dan alhamdulilah hasilnya bingung.
kesimpulan. BINGUNG adalah efek samping dari bergaul dengan orang-orang besar….hahaha.

April 27, 2012

Membongkar Borok Demokrasi


Ilustrasi DemokrasiBANYAK pemuja demokrasi di Indonesia saat ini.  Demokrasi dipahami bukan sekedar alat namun juga tujuan mencapai kesejahteraan, kesetaraan  dan keadilan. Maka, sesiapa yang meragukan demokrasi atau menomorduakannya, dianggap bukan polah yang populer. Tindakan “merendahkan” demokrasi, 

Umar Ibrahim Vadillo, Pelopor Kembalinya Dinar Dirham

AKHIR Juni 2009. Profesor  Umar Ibrahim Vadillo  mampir ke Indonesia. Dekan Dallas College  Cape Town, Afrika Selatan itu diundang menjadi salah satu pembicara dalam International Conference of Islamic Economic System (ICIES) di  Yogyakarta. Topiknya,  mengembalikan dinar sebagai alat tukar sesuai syariah. Kegiatan tersebut kerjasama STIE Hamfara Yogyakarta, CISMOR, Universitas Doshisa Jepang dan Universitas Gadjah Mada. Pada undangan yang disebar, panitia konferensi menambahi kalimat ‘the man behind dinar’ di belakang namanya. Sebuah keterangan yang menunjukkan sepak terjang Vadillo selama ini.

Borok Sistem Keuangan Moderen

satanicfinance.jpg
Judul : Satanic Finance, True Conspiracies
Penulis : A. Riawan Amin
Penerbit : Celestial Publishing
Cetakan : 2007
Tebal : xvi + 150 hal
SISTEM keuangan moderen yang diterapkan dunia saat ini adalah “sistem setan”, demikian A. Riawan Amin menyebut dalam bukunya Satanic Finance, True Conspiracies. Menurut Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia itu, sistem keuangan moderen adalah biang kerok kian bertambahnya jumlah orang miskin, pengangguran, inflasi dan pelbagai kekacauan moneter lainnya saat ini. Sistem ekonomi moderen memang tidak dibuat untuk memakmurkan umat manusia melainkan memiskinkan mereka demi mengabdi pada segelintir orang.

Goethe, Islam dan Uang Kertas

DI  JAGAD  kesusastraan, nama Johann Wolfgang von Goethe tentu sudah tidak asing lagi. Lahir di Frankfurt, Jerman, 24 Agustus 1748, Goethe dikenal sebagai pujangga terbesar di antara yang besar dalam sejarah kesusastraan Eropa. Lebih dua setengah abad berlalu, nama dan karyanya terus diperbincangkan,  tak hanya di Eropa namun juga di Indonesia.
Merayakan 260 tahun kelahiran Goethe, The Habibie Centre (THC) Jakarta menggelar diskusi publik tentang sosok manusia multi talenta itu pada pertengahan Ramadhan silam.   Topiknya, persinggungan Goethe dengan ajaran Islam.  Topik ini menarik karena menyingkap sisi lain kehidupan Goethe yang boleh jadi tidak banyak terungkap ke publik Tanah Air.