Mengapa Memahami Konsep Dasar Akuntansi Aktiva Tetap Itu Penting?
Mungkin
anda pernah menemukan seseorang yang mengetahui seluk-beluk akuntansi
aktiva tetap tanpa tahu itu PSAK atau IAS/IFRS nomor berapa. Dan mungkin
anda bertanya-tanya di dalam hati: “koq bisa ya?”
Tentu
saja bisa, sebab mereka sudah memahami konsep dasar akuntansi aktiva
tetap dengan sangat baik, sisanya mereka lebih banyak menggunakan logika
dan intuisi. Sehingga, sekali saja membaca PSAK dan IFRS mereka
langsung paham—tanpa perlu menghafalkan nomor
PSAK/IFRS/IAS/FASB/GAAP-nya, bahkan mungkin tak perlu mengingat isinya
hingga ke titik-dan-koma.
Selain itu, mereka juga tahu persis konsep suatu usaha—bisa dibilang mereka sudah melihat ‘cetak biru’ (blue print) besarnya—memahami siklus dari awal hingga akhir. Tentu saja; capital expenditure, cost segregation, dan fixed asset adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dalam siklus suatu usaha.
Ya
ya ya.. saya tahu, di kampus anda wajib menghafalkan nomor PSAK atau
nomor IFRS/IAS-nya—kalau perlu harus ingat nomor paragraph, judul buku,
nama pengarang, dan tahun terbitnya. Jika tidak, maka semua argument
anda—meskipun benar—akan dianggap ‘ngarang.com’ dipanggil “TONI” alias ‘waton muni’
(asal ngeyel) tanpa landasan literature yang cukup. Dalam lungkungan
ilmiah (akademik) tentulah ini sangat penting. Yah, bagaimanapun juga
saya pernah menjadi mahasiswa selama 4 tahun plus 1 tahun plus 2 tahun.
Sedikit-banyaknya pernah merasakan hal itu.
Tetapi di dalam
lingkungan bisnis yang sesungguhnya, kecuali untuk perusahaan-perusahaan
yang sudah Go-Public, mereka (manajemen dan investor) samasekali tak
peduli nomor PSAK, IFRS/IAS, FASB/ASC, GAAP, ITF, SAAS/GAAS, AU,
APB, COSO Frameworks, Sarban Oxley, you name it, they don’t pawking
care—not even give a sh*t. Yang mereka mau adalah: make-sense, feasible, workable, actionable, in-sync with the business flow.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah: memberi kontribusi nyata bagi
pencapaian goal yang telah ditentukan—bukan malah menghambat/membebani
dengan birokrasi yang dianggap tak perlu.
Jika seseorang
bisa mengingat konsep akuntansi dengan sangat baik tanpa melupakan nomor
halaman dan paragraph suatu buku, tentulah itu luar biasa bagus.
Saya
pribadi tak punya kapasitas memori sebesar itu—sudah terlalu banyak hal
yang harus saya ingat dan pikirkan—sehingga harus realistis untuk
memilih antara mencoba (1) mengingat nomor-nomor standar akuntansi; atau
(2) hanya memahami konsepnya saja. Dan Seiring bertambahnya waktu,
bertambahnya tantangan yang harus dihadapi, bertambahnya masalah yang
harus dicarikan solusi, lama-lama saya lebih banyak menggunakan yang
kedua.
Belajar teknikal perlakuan akuntansi aktiva tetap (pengukuran, pencatatan & pelaporan) sifatnya wajib—jika
tidak, maka ‘sense-dan-logic’ yang dibangun melalui pemahaman konsep
jadinya tidak bisa tajam. Tetapi itu bisa nanti, setelah konsep dasarnya
dikuasai dahulu.
Bisa saja langsung loncat ke hal-hal yang
sifatnya teknikal, namun kemungkinan besar hanya akan menjadi hafalan
semata, tahu membuat jurnal tapi tak tahu mengapa jurnalnya seperti
itu—bahkan tak tahu mengapa jurnal itu perlu dibuat, tahu cara
menghitung penyusutan (depreciation) dalam berbagai metode tapi tak tahu
mengapa perlu membuat itu, untuk apa.
Dengan memahami konsep
dasar akuntansi aktiva tetap terlebih dahulu, hal-hal teknis sehubungan
dengan aktiva tetap (termasuk perlakuan akuntansinya) akan menjadi mudah
dipahami, selalu ingat tanpa perlu menghafal, bisa mencari jalan keluar
(solusi) jika ada masalah hanya dengan menggunakan logika dan
intuisi—tanpa perlu text-book taking.
Nah bagaimana konsep dasarnya?
Konsep Dasar Akuntansi Aktiva Tetap
Konsepnya sederhana:
1. Perusahaan Perlu Fasilitas
– Untuk bisa beroperasi secara maksimal, semua perusahaan perlu
berbagai macam fasilitas (tanah, gedung/bangunan, peralatan, mesin,
furniture & fixture, kendaraan, dan lain sebagainya). Fasilitas yang
dibutuhkan bervariasi baik dalam jumlah, ukuran, maupun
nilai—tergantung bidang usaha dan skalanya.
2. Fasilitas Adalah Kekayaan Perusahaan
– Fasilitas-fasilitas itu adalah bagian dari kekayaan perusahaan
sehingga disebut “aset/aktiva” (bersama dengan kekayaan lainnya: kas,
piutang dan persediaan.)
3. Fasilitas Perusahaan Tidak Untuk Dijual
– Dengan prinsip ‘going concern’ akuntansi mengasumsikan bahwa
perusahaan didirikan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang lama dan
berkesinambungan, oleh sebab itu maka fasilitas-fasilitas ini dianggap
sebagai aktiva yang “tetap” digunakan (tidak untuk dijual) dalam jangka
waktu lama—sampai fasilitas ini tidak bisa digunakan atau tidak
diperlukan lagi. Oleh sebab itu, maka fasilitas ini disebut sebagai “aktiva tetap.”
4. Masa Penggunaan Aktiva Tetap Terbatas -
Meskipun dimaksudkan untuk digunakan selamanya, seacara alamiah, aktiva
tetap memiliki batas waktu penggunaan produktif. Computer untuk kantor
misalnya, meskipun dimaksudkan untuk dipakai selamanya, tetap saja
komputer tersebut hanya bisa dipakai selama 5 tahun. Keburu rusak dan
tidak bisa diperbaiki lagi. Dalam akuntansi, lamanya masa produktif
suatu aktiva tetap disebut dengan “umur ekonomis” (economical life time.) Masing-masing aktiva tetap memiliki umur ekonomis yang berbeda.
Dari
konsep dasar di atas bisa disimpulkan bahwa: yang disebut dengan aktiva
tetap adalah kekayaan perusahaan yang diperoleh tidak dimaksudkan untuk
dijual, melainkan digunakan dalam jangka panjang untuk memperlancar
operasional perusahaan.
Perjalanan Waktu Aktiva Tetap (Fixed Asset Timelines)
Karena
aktiva tetap digunakan dalam jangka panjang, maka aktiva tetap
mengalami berbagai macam kejadian (event). Jika profile facebook anda
sekarang sudah memiliki timelines, aktiva tetap sejak dahulu
sudah memiliki—yang berupa catatan perjalanan sejak pertama hadir di
dalam perusahaan hingga tidak digunakan lagi.
Catatan perjalanan waktu (timelines) aktiva tetap seperti di bawah ini (yg
di sebalah kiri adalah kejadian-kejadian yang dialami oleh aktiva
tetap, sedangkan yg di sebelah kanan adalah jurnal pengakuannya):
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar