Maret 27, 2012

Anggito: Kenaikan BBM Tak Perburuk Kemiskinan


TEMPO.CO, Jakarta – Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu mengusulkan kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 1.000 per liter. Kenaikan Rp 1.500 per liter yang diusulkan pemerintah dinilai tak wajar. Kenaikan Rp 1.000 per liter tak akan menambah jumlah warga miskin dibanding apabila
kenaikan dipaksakan Rp 1.500 per liter. “Karena orang miskin memakai minyak tanah yang harganya tidak dinaikkan,” kata Anggito di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa, 20 Maret 2012.


Dari hitungannya, kenaikan harga bensin Rp 1.000 hanya mengerek inflasi 2 persen. Besaran ini, menurut dia, lebih rendah ketimbang prediksi pemerintah sebesar 2,23 persen. “Inflasi 2 persen tidak menghambat ekspansi,” katanya. Kenaikan Rp 1.000 atau 22 persen, Anggito menambahkan, tidak akan merusak daya beli masyarakat terlampau parah karena kenaikannya di bawah kenaikan pendapatan per kapita yang mencapai 25 persen.
Meskipun demikian, ia tetap mengusulkan adanya pemberian kompensasi berupa bantuan tunai langsung (BLT). Namun besaran yang diusulkan Anggito hanya Rp 10 triliun untuk 18,5 juta keluarga miskin. Jumlah tersebut lebih kecil ketimbang usulan pemerintah Rp 25,6 triliun. Anggito menilai kompensasi harus diutamakan untuk pembangunan infrastruktur bahan bakar gas dan angkutan umum. Besaran yang diusulkan pengajar Universitas Gadjah Mada itu sebesar Rp 15 triliun lebih tinggi ketimbang usulan pemerintah sebesar Rp 5 triliun.
Tujuan kenaikan harga BBM, menurut dia, tidak sekadar menghemat anggaran dan mengurangi defisit. “Konsumsi BBM juga akan berkurang 0,2 persen,” ujarnya. Konsumsi BBM tahun lalu mencapai 41,9 miliar liter lebih tinggi dari kuota pemerintah sebesar 40,4 miliar liter. Pada APBN 2012, konsumsi ditetapkan 40 miliar liter. Namun, sekitar 2,5 miliar liter diminta Dewan Perwakilan Rakyat untuk dihemat.
http://jaringnews.com/ekonomi/umum/1…komisioner-ojk
22 Maret 2012 | 10:57 wib
BBM Tak Naik, Pemerintah Masih Untung Rp 97 Triliun?
JAKARTA, suaramerdeka.com – Pemerintah tak punya alasan apapun untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Demikian jika mengutip analisis neraca perdagangan Minyak dan Gas (Migas) dari ekonom Senior Kwik Kian Gie dan Anggito Abimanyu. Kwik Kian Gie yang merupakan mantan Menteri Koordinator Perekonomian itu meragukan alasan pemerintah menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan APBN dari defisit. Dia pun telah menghitung anggaran pemerintah dalam lembar APBN. Hasilnya, bila harga BBM tak dinaikkan, APBN akan memiliki sisa kurang lebih Rp 97 triliun.
Dia mengaku sanggup mempertahankan perhitungan tersebut bila memang diperlukan. Kwik menambahkan, bila pembatalan kenaikan tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin perekonomian akan semakin merosot dan situasi keamanan dalam negeri cenderung kacau.
Berikut 9 analisa Kwik Kian Gie & Anggito Abimanyu, soal manipulasi pemerintah dalam hal bisnis BBM di Indonesia:
1. Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebesar 63 Miliar liter.
2. Pertamina harus impor dari Pasar Internasional Rp 149,887 T
3. Pertamina membeli dari Pemerintah Rp224,546 T
4. Pertamina mengeluarkan uang untuk LRT 63 Miliar Liter @Rp.566,- = Rp35,658 T
5. Jumlah pengeluaran Pertamina Rp410,091 T
6. Pertamina kekurangan uang, maka Pemerintah yang membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini di sebut "subsidi".
7. Kekurangan yang dibayar pemerintah (SUBSIDI) = Jumlah pengeluaran Pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia
= Rp410,091 T – Rp283, 5 T = Rp126,591 T
8. Tapi ingat, Pemerintah juga memperoleh hasil penjualan juga kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp. 224,546 T. Poin kedelapan inilah yang dianggap tidak pernah disampaikan pemerintah kepada masyarakat.
9. Maka kesimpulannya adalah pemerintah malah kelebihan uang, yaitu sebesar perolehan hasil penjualan ke Pertamina – kekurangan yang dibayar Pemerintah (subsidi)
= Rp224,546 T – Rp 126,591 T
= Rp97,955 T
Dalam analisa tersebut, membuktikan bahwa APBN tidak jebol, justru yang menjadi pertanyaan dimana sisa uang keuntungan SBY menjual BBM sebesar Rp. 97,955 Triliun?
http://www.suaramerdeka.com/v1/index…-Rp-97-Triliun
Rabu, 21 Maret 2012 13:59 WIB
Bantah Bekerjasama dengan Kwik, Anggito Dukung Kenaikan Harga BBM
Bahwa saya, Anggito Abimanyu, bekerjasama dengan Bapak Kwik Kian Gie bekerjasama menghitung/menganalisis surplus minyak dan menyatakan pemerintah telah melakukan manipulasi adalah tidak benar dan fitnah. JAKARTA, Jaringnews.com – Pengamat ekonomi Anggito Abimanyu membantah bahwa dirinya pernah melakukan perhitungan subsidi BBM bersama-sama dengan Kwik Kian Gie. Beredarnya pesan berantai lewat Blackberry Messaanger dengan judul "Manipulasi Pemerintah soal Surplus Migas", yang memberi kesan merupakan hasil perhitungan dirinya dengan Kwik Kian Gie, menurut dia, merupakan fitnah dan samasekali tidak benar.
Hal ini disampaikan oleh Anggito Abimanyu melalui pesannya lewat BBM yang diterima Jaringnews.com hari ini (21/3). "Sehubungan dengan pemberitaan melalui bbm dan sms bahwa saya, Anggito Abimanyu, bekerjasana dengan Bapak Kwik Kian Gie bekerjasama menghitung/menganalisis surplus minyak dan menyatakan pemerintah telah melakukan manipulasi adalah tidak benar dan fitnah," tulis Anggito.
Memang, dalam kesempatan talkswhow dan di JLC TVOne bersama Kwik Kian Gie dll tadi malam, Anggito Abimanyu mengkonfirmasi bahwa terdapat surplus operasi migas dalam APBN 2012 namun surplus tersebut menurun manakala terjadi kenaikan harga minyak dunia. Dan surplus tersebut telah dimanfaatan untuk belanja APBN bahkan APBN mengalami defisit. "Tidak pernah terucap satu kalipun mengenai manipulasi Pemerintah," kata Anggito.
Anggito juga telah menyatakan mendukung kenaikan harga BBM. "Mohon tidak mempercayai pemberitaan yang menyudutkan dan memfitnah diri saya," kata Anggito
http://jaringnews.com/ekonomi/umum/1…ikan-harga-bbm
Kamis, 22 Maret 2012 10:30 WIB
Anggito Abimanyu Gagal Jadi Komisioner OJK
JAKARTA, Jaringnews.com – Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan dan ekonom kenamaan, Anggito Abimanyu akhirnya gugur di babak akhir seleksi calon Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DKOJK). Namanya tidak tercantum dalam 21 calon yang lolos menuju meja Presiden, untuk selanjutnya dipilih lagi 14 nama yang akan diajukan kepada DPR.
“Setelah melakukan serangkaian tahapan seleksi, Panitia Seleksi dengan mempertimbangkan hasil seleksi serta kualifikasi keahlian dan pengalaman yang proporsional dalam industri jasa keuangan, telah melakukan pemilihan sebanyak 21 calon anggota DKOJK,” kata Menteri Keuangan, Agus Martowardojo yang juga ketua Pansel OJK.
Anggito Abimanyu termasuk calon yang banyak dijagokan mengingat kompetensinya sebagai ekonom dan pengalamannya di birokrasi pemerintahan dan perguruan tinggi. Anggito termasuk 37 nama yang lolos ke seleksi tahap akhir, berupa seleksi kompetensi, melalui kegiatan penulisan makalah dan wawancara kompetensi yang berlangsung sejak 14 Maret sampai 17 Maret.
Bukan hanya Anggito Abimanyu, ada pula ‘nama-nama populer’ yang tidak lolos. Erry Firmansyah, mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk yang gagal melaju ke meja Presiden, walau pun ketika proses pembentukan OJK, namanya sudah banyak disebut-sebut.
Nama lain yang juga tidak lolos adalah Hasan Zein Mahmud, mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (BEJ), Kemal F. Stamboel, mantan eksekutif Price Waterhouse yang kini jadi anggota DPR dan Umar Juoro, ekonom yang juga kepala Badan Supervisi Bank Indonesia.
http://jaringnews.com/ekonomi/umum/1…komisioner-ojk
—————
Analisa Anggito yang pro kenaikan harga BBM, sebelum ada pengumuman siapa-siapa saja yang lolos menjadi Komisioner OJK, kelihatan sekali membela kebijakan yang tidak populer itu. Pernyataan bahwa kenaikan harga BBM tak menambah jumlah kemiskinan di Tanah Air, tentu sangat menyakitkan sekali bagi kebanyakan rakyat kecil. Tapi sayang dia keseleo lidah saat bersama Pak Kweek menganalisa kenaikan harga BBM itu, bilang Pemerintah masih untung dengan naiknya harga BBM Dunia sehingga tak ada alasan menaikkan harga BBM dalam negeri. Konon, gara-gara salah omong ini (meski coba direvisinya dengan mengatakan bahwa dia mendukung Pemerintah untuk menaikkan harga BBM dalam negeri), tak ada ampunan baginya … pencalonannya oleh DPR sebagai salah seorang anggota yang di favoritkan menjadi Komisioner OJK pun gagal. Jelas anggota DPR pembela kebijakan menaikkan harga BBM itu, sangat tersinggung dan tak senang dengan pernyataannya bersama Pak Kweek itu.
Terlepas dari semuanya, patut disayangkan sikap Anggito yang katanya ilmuan itu, tapi tak obyektif dalam menilai dampak buruk kenaikan harga BBM itu kepada rakyat. Tak adalah ceritanya, di negeri manapun di dunia ini, bahwa kenaikan harga BBM tidak akan mengkerek naiknya biaya hidup akibat tekanan inflasi, dan penyebab dari bertambahnya jumlah orang miskin. Kalau ada pakar yang berpendapat sebaliknya, perlulah dipertanyakan motif dan kredebilitas keilmuannya sampai berkata begitu. Doa rakyat kecil yang terdzolimi, kini setidaknya sudah mengena ke Anggito, ambisinya menjadi anggota OJK pun gagal di tengah jalan. Makanya kalau jadi pengamat atau pakar itu, berbicaralah sesuai hati nurani saja. Berbicaralah yang baik dan benar saja. Kalau tak mampu, lebih baik diam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar